Memasuki dunia dewasa artinya menerima beban tanggung jawab menjadi aktor utama dalam dunia kerja. Dari menjadi beban orang lain kini memikul tanggung jawab. Dari meminta uang, sekarang menghasilkan uang. Ini adalah siklus yang sedang dialami oleh generasi milineal. Pertanyaan-pertanyaan mendasar dari ‘sudah benarkah keputusan yang saya ambil?’ hingga ‘apakah saya tepat mengambil pekerjaan ini?’ akan selalu muncul di generasi muda Indonesia. Terlebih di era modern saat ini di mana efek globalisasi mempengaruhi besar konsumerisme anak-anak muda.
Uang menjadi jawaban gaya hidup. Namun, gaya hidup tersebut apakah sudah sesuai dengan isi kantong? Banyak uang artinya sukses. Bagaimana cara menjadi sukses? Dengan enterp
Menjadi Driver
Generasi milenial yang mulai menapaki dunia kerja pasti familiar dengan rentetan pertanyaan tersebut. Lalu bagaimana menjawabnya? Rhenald Kasali menjelaskan dalam buku Best Seller, Self Driving: menjadi driver atau passenger, kita dipinjamkan ‘kendaraan’ oleh Tuhan selama kehidupan berlangsung yang dinamakan “Self” atau “Diri”. Kendaraan ini yang akan membawa kita meraih impian-impian. Namun, dalam setiap kendaraan pasti ada pengemudinya yang kita sebut ”Driver”. Seorang driver artinya sebuah sikap yang membedakannya dari penumpang (passenger) di belakang yang hanya duduk manis. Mereka adalah sebuah pribadi yang mengambil resiko sebagai driver di depan yang menyetiri hidupnya sendiri.
Menjadi pengemudi/driver tentu mutlak harus tahu jalan, arah ke mana kita menuju. Dilarang mengantuk apalagi tertidur selama perjalanan. Kita juga tahu bahwa pengemudi yang baik akan selalu merawat kendaraan yang dipakai dan tahu resiko yang diambil. Itulah contoh yang dimaksud Rhenald Kasali sebagai good driver.
Seorang driver tidak cukup hanya bermodalkan tekad dan semangat, ia butuh referensi dari pengetahuan akademis. Sayang, sekolah setinggi apapun tidak akan mengubah jika tidak ada kesadaran dalam diri. Orang-orang cenderung terjebak karena berpikir sekolah adalah solusi. Cara berpikir yang tepat adalah sebuah solusi.
Mengubah Mindset
Selama SMA, kita berlindung dibalik orangtua. Yang selalu ada di pikiran kita hanya bagaimana bisa nonton besok atau jalan-jalan bersama teman. Mau beli tas atau sepatu untuk hangout berkumpul dengan teman tinggal minta dibelikan. Kalau mau bepergian, Ibu atau Ayah biasanya akan ikut campur. Ikut membelikan tiket setidaknya. Rasa ketergantungan yang besar semakin hari akhirnya mengubah seorang Self menjadi Passenger. Alih-alih jadi manusia merdeka, mereka jadi ahli pengeluh.
Lalu ketika kuliah, kita bingung mengambil keputusan. Jurusan mana yang cocok dengan kemampuan saya? Pertanyaan itu pasti muncul dibenak setiap milenial yang hendak memulai memasuki dunia dewasa. Apa yang terjadi jika salah jurusan? Menangis meraung dan menyerah atau tetap menjalankan dengan mindset (cara berpikir) baru?
Mengapa menjadi passenger bukan jawaban? Karena mental passenger ditandai dengan:
- Sudah puas dengan keadaan sekarang
- Tidak menyukai tantangan
- Menyerahkan masalah kepada orang lain
- Menunggu perintah dan menjawab dengan kata siap
- Takut menghadapi masalah dan kesalahan
Menjadi good passenger artinya sebatas tidak menambah beban bagi orang-orang disekitarnya. Mereka menjadi manusia-manusia yang hidup melilit seperti tanaman paku yang siap menerima makanan begitu saja. Tanpa mempertanyakan dari mana semua makanan, barang, dan kesenangan itu berasal. Good passenger ini akan berubah menjadi bad passenger karena sakit. Sakit karena dendam, janji yang tidak terpenuhi, tekanan yang tak tertahankan, dan sebagainya. Jeleknya, bad passenger ini akan memunculkan perlawanan-perlawanan jika diberikan bantuan transformatif agar berubah. Mereka biasanya ingin sesuatu tetap apa adanya dan pasif.
Padahal berubah berarti memperbaiki diri, memperbaiki kehidupan. Seorang dikatakan driver bila memiliki prinsip inisiatif. Bekerja tanpa disuruh dan berani mengambil langkah beresiko. Responsif terhadap situasi dan cepat membaca situasi. Ia juga orang yang berpikir mengenai orang lain, mendengar, dan memahami. Peduli terhadap sekitar, serta berempati. Punya kemampuan navigasi, mampu membawa ke tujuan dan mengarahkan.
Jangan Jadi Bad Driver
Bukan berarti di dunia ini tidak ada bad driver. Pengemudi jenis ini adalah sopir ugal-ugalan. Sopir dengan surat mengemudi tembak yang tak terlatih. Bad drivers adalah kumpulan orang-orang yang sakit hati, agresif, mudah tersulut kebencian, dan senang membuat alasan-alasan untuk menutupi kesalahannya. Sopir ugal-ugalan ini akan membuat penumpang baik (good passengers) belajar mengemudi kehidupan yang buruk. Mereka akan menjadi orang yang senang mencari pembenaran dan menyulut keributan. Orang-orang seperti ini bukanlah orang yang patut dijadikan teman. Mereka pantas dimasukkan ‘lemari es’ untuk meredam tindakan merugikan mereka.
Tentu saja ada namanya healing therapy. Ini adalah proses panjang yang perlu dibekali dengan aneka kompetensi agar mampu mengambil keputusan strategis dengan cepat. Perlu juga mendapat pelatihan-pelatihan cara berpikir kritis dan kreatif agar dapat membaca peluang dan mengubah Self driving menjadi seorang yang good driver.
Tips Memulai Good Driver
- Ambil resiko. Seorang driver sudah pasti mengekspos diri pada resiko. Dia ditantang untuk creative thinking. Bagaimana memulai sesuatu tanpa mindset untuk berubah? Mulailah dengan memahami bahwa resiko adalah hal yang baik.
- Ekspose diri pada tantangan-tantangan baru. Sebagai orang muda, datanglah ke atasan atau orangtua anda dan mintalah bimbingan. Terimalah tantangan baru. Jangan memilih yang enak-enak saja atau hanya mau mengerjakan hal-hal rutin yang sudah anda kuasai.
- Mintalah kritik dan masukan dari orang-orang kritis. Dengarkan kritik mereka dan jangan anggap itu sebagai serangan terhadap pribadi anda. Matikan ego sejenak dan dengarkan apa saja yang perlu diperbaiki.
- Biasakan menghadapi hal sulit yang tidak mau dikerjakan orang lain. Minta agar diberikan target yang tinggi agar anda belajar menghadapi segala kesulitan dan rasa frustasi.
- Datangilah orang yang sukses dan bergurulah. Taklukkan ego. Jangan tiru mentah-mentah, tetapi belajarlah. Kalau anda meniru, maka hasil tiruan tidak akan pernah lebih baik dari barang asli. Jadilah diri sendiri. Ciptakan keunikan dari pengalaman dan cerita pergulatan anda.