TOPIK-topik ilmu pengetuan alam atau ilmu pengetahuan umum bagi sebagian orang atau bagi generasi Z adalah suatu yang membosankan. Apalagi topik-topik itu disampaikan secara kaku dengan menggunakan pakem ilmiah.
Padahal topik ilmu pengetahuan alam, sejarah, pengetahuan umum sudah jelas meningkatkan literasi pembaca tentang topik tertentu. Apa jadinya jika topik-topik serius terkait ilmu pengetahuan alam, matematika, dan fisika disajikan dengan ringan yang dikemas dalam sebuah komik?
Tentunya topik yang semula dianggap bagi sebagian orang sesuatu hal yang berat dan serius berubah drastis jadi ringan dan riang gembira. Cara itu dilakukan Hokky Situngkir dalam karya yang berjudul Sandi Nusantara.
Dilihat dari judul, buku seakan-akan membuat pembaca menerka-nerka bahwa buku ini menceritakan soal kisah klasik tentang Indonesia masa silam atau khasanah budaya di bumi Nunsatara. Ternyata itu jauh sekali dengan sebuah perkiraan.
Sandi Nusantara dikemas dalam bentuk komik yang memakai alur cerita dua tokoh, yaitu Sandi dan ayah. Namun, komik lebih menjadikan Sandi sebagai hantaran. Isi pokok dari Sandi Nusantara lebih pada topik-topik ringan yang selama ini ada di sekeliling kita. Topik itu sudah lazim dibaca, diceritakan, maupun dibahas. Namun, ada pesan atau informasi lain di balik topik nan ringan itu.
Contoh soal Menara Eiffel. Menara itu bukanlah menara yang terdapat di Indonesia atau Nusantara, tetapi Prancis. Hokky Situngkir hanya mengingatkan kembali sebuah informasi ringan dan penting soal siapa perancang menara yang terdapat di Kota Paris itu. Menara Eiffel dirancang oleh Gustave Eiffel dan dibangun pada 1887.
Ada Sandi Nusantara menjelaskan soal fenomena ekspansi termal. Yaitu, sebuah perubahan yang dialami Menara Eiffel. Ketika musim panas tingginya bertambah 300 meter dan musim dingin menyusut.
Sandi Nusantara mengemukakan teori Fraktal yang dikemukakan oleh Wacław Sierpiński, ahli matematika dari Polandia. Wacław Sierpiński membahas hubungan Menara Eiffel dengan teori Fraktal dengan segitiga sehingga disebut dengan segitiga Sierpiński. Di dalam gambar segitiga masih bisa digambar lagi segitiga lebih kecil lagi dengan jumlah lebih banyak.
Sandi Nusantara menjelaskan kekokohan bangunan dari Menara Eiffel yang merupakan bangunannya tidak padat seperti piramida. Meskipun banyak bolong-bolong di bangunan Menara Eiffel, ternyata bolong-bolong itu yang menjadi sumber kekokohannya. Menakjubkan bukan?
Sumber
Resensi komik SANDI NUSANTARA
Oleh Ilham Safutra, Telah dimuat di Jawa Pos pada bulan Januari 2024