Akademisi dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali mengatakan pendidikan harus menjadi dunia yang menyenangkan bagi anak-anak.
Dengan begitu, mereka akan senang untuk datang ke sekolah dan menikmati kegiatan belajar mengajar, termasuk menerima materi pelajaran yang dibimbing oleh guru.
“ Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan sehingga siswa datang ke sekolah bisa happy dan enjoy,” ucap Rhenald Kasali dalam simposium internasional tentang pendidikan di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (3/9/2019).
Tentunya tidak mudah untuk membuat semua siswa bisa mengikuti aktivitas belajar di sekolah dengan baik. Sebab, setiap siswa memiliki masalah masing-masing yang berhubungan dengan belajar.
Teknologi Membantu Pendidikan Anak
Jika ada siswa yang mengalami masalah tersebut, maka para guru dan orang tua siswa harus segera memberi perhatian untuk mendapatkan solusi. Apabila penanganan secara humanis sudah dilakukan, tetapi masalah belum selesai, kita bisa memanfaatkan teknologi untuk membantu. Teknologi yang paling mudah dan sering digunakan yaitu telepon seluler (ponsel).
Banyak hal yang bisa dibantu dengan menggunakan ponsel, misalnya dalam proses belajar dan pengumpulan dana untuk bantuan pendidikan. Namun, harus diingat bahwa pemakaian ponsel tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan ketergantungan.
“Kita bisa gunakan teknologi dalam memecahkan masalah dalam pendidikan, tapi harus secara bijaksana, karena teknologi bisa membuat anak-anak kecanduan,” imbuh Rhenald.
Maka dari itu, semua orang yang terlibat dalam dunia pendidikan harus saling mengingatkan agar siswa tidak hanya belajar terus-menerus, tetapi juga perlu bemain. Dengan demikian, siswa memiliki kehidupan yang menyenangkan, seimbang, dan tidak membosankan.
“Seimbangkan antara kehidupan yang serius dan bermain. Menjadi manusia sempurna, yang bisa serius, tapi juga bisa fun,” ujar pendiri Rumah Perubahan itu.
Menyiapkan Diri dengan Inovasi
Menurut dia, kehidupan menyenangkan tidak cukup hanya dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus ada dasarnya. Rhenald menjelaskan, ada enam dasar yang bisa digunakan, yaitu:
– kecerdasan dan kesehatan
– peraturan pada diri sendiri
– sikap, isyarat, dan motorik
– pandangan perspektif
– pemikiran kritis
– keterampilan hidup, lompatan, dan tantangan
Selain keenam dasar itu, tambahnya, para siswa juga harus menyiapkan diri dengan melakukan inovasi supaya setelah nantinya lulus sekolah dan masuk dunia kerja, mereka bisa beradaptasi dengan pekerjaan-pekerjaan baru pada masa mendatang.
Rhenald Kasali menerbitkan buku tentang pendidikan anak yang berjudul SENTRA. Buku ini sudah bisa didapatkan di toko buku terdekat.
Artikel ini telah terbit di Kompas.com dan ditulis oleh Erwin Hutapea pada tanggal 4 September 2019