You are currently viewing Mengungkap Tantangan dan Peluang Ekranisasi Novel ke dalam Film

Mengungkap Tantangan dan Peluang Ekranisasi Novel ke dalam Film

Cukup banyak novel yang dialihwahanakan atau diekranisasi ke dalam film, salah satu yang fenomenal yaitu Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Ketika diangkat menjadi sebuah film, Laskar Pelangi segera jadi perhatian publik. Tercatat total jumlah penonton Laskar Pelangi sebanyak 4.719.453.

Sesi Story Market di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2024 dengan tema “Tantangan dan Peluang Proses Ekranisasi Karya Novel Menjadi Karya Film”, mendiskusikan proses alih wahana tersebut langsung dari pelaku industrinya. Diskusi yang berlangsung pada 29 September 2024 di Main Stage IIBF 2024, Cendrawasih Hall, JCC, menghadirkan lima narasumber: Benni Setiawan (sutradara), Hengki Kumayandi (penulis novel Pengin Hijrah), Jastis Arimba (sutradara), Avesina Soebli (produser film), dan Budi Yulianto (produser film).

Selain membahas proses alih wahana novel ke dalam film secara umum, diskusi ini juga membahas rencana alih wahana novel terbitan Exposé Publishing berjudul Pengin Hijrah yang ditulis oleh Hengki Kumayandi ke dalam film. Sebagai produser film dan pencetus ide cerita Pengin Hijrah, Budi Yulianto melihat tren hijrah di kalangan anak muda, khususnya di kampus tempat dia mengajar, masih cukup semarak.

Budi melihat ada peluang dalam tren tersebut dan segera berpikir untuk memfilmkannya, dengan terlebih dahulu cerita itu dikemas ke dalam novel. Sebelumnya, Budi telah memproduseri film Air Mata di Ujung Sajadah yang sukses mendapatkan banyak penonton. Menurutnya, tren film religi tetapi bernuansa pop masih memiliki pasar sendiri, terutama di kalangan anak muda.

Tantangan Ekranisasi

Sedangkan Avesina berpandangan bahwa adaptasi novel ke dalam film merupakan hal yang menantang. Bagaimana pembaca novel yang sudah memiliki imajinasi kuat terhadap isi novel masih bisa menikmati ruh ceritanya dalam sebuah film. “Insya Allah film Pengin Hijrah akan tayang di layar lebar tahun depan, semoga kita bisa mendapatkan pengalaman lain saat menonton film yang berangkat dari novel. Untuk ini, saya sarankan Anda membaca bukunya dulu sebelum nanti menonton filmnya,” ujar Avesina.

Menurut Jastis yang memiliki pengalaman mengalihwahanakan novel ke dalam film, tugas utamanya sebagai sutradara tentu saja bagaimana menerjemahkan dengan menarik cerita dalam novel ke medium film. Bagaimana film tersebut dipandang bukan sebagai produk dakwah, tetapi produk pop yang tetap bisa menghadirkan banyak nilai. “Kami  selalu  diskusi  dengan  banyak  pihak  bagimana  sebuah  film, terutama yang berangkat dari novel, bisa dikemas dengan baik. Di tahap pra-produksi, kami selalu menyamakan visi terlebih dahulu agar film bisa diikat dengan kuat oleh satu benang merah,” ujar Jastis

Di sesi tanya jawab, salah satu peserta menanyakan terkait sejauh mana campur tangan banyak pihak terhadap novel yang akan difilmkan. Sebagai seorang penulis skenario, Benni berpandangan bahwa campur tangan itu sesuatu hal yang biasa saja asalkan tidak campur tangan secara berlebihan dan membatasi tim. “Biasanya kita selalu diskusi, mempertemukan langsung novelis dengan tim film,” ungkap Benni.

Budi sependapat dengan Benni, dalam pengalamannya sebagai produser, dia banyak terlibat dalam proses kurasi cerita. “Saya selalu baca skenarionya terlebih dahulu dan jika ada hal-hal yang menurut saya tidak cocok, selalu saya sampaikan dan diskusikan dengan tim. Intinya, film merupakan karya kolektif,” terang Budi.

Proses alih wahana atau ekranisasi novel ke dalam film merupakan upaya-upaya kebudayaan untuk memperluas pesan atau nilai-nilai baik yang ada dalam suatu cerita. Upaya alih wahana ini harusnya bisa memicu banyak kreator, dalam hal ini penulis novel, untuk bisa membuat karya yang lebih berkualitas agar cerita yang mereka buat bisa dinikmati oleh banyak kalangan.

Pada akhir sesi diskusi, penyelenggara menyediakan hadiah menarik bagi sepuluh pembaca terpilih yang membeli novel Pengin Hijrah. Hadiah yang ditawarkan adalah jalan-jalan gratis ke Uzbekistan, yang merupakan salah satu lokasi film Pengin Hijrah. Untuk syarat dan ketentuannya akan disampaikan di media sosial Exposé Publishing dan MBK Productions. []