Dunia telah masuk ke era baru, yakni disruption yang disebabkan oleh teknologi. Sebab itu, inovasi yang diperlukan tidak hanya mengubah bentuk, ukuran, atau desain, tetapi menyeluruh, baik metode, cara kerja, bahkan produk yang tidak lagi relevan.
Rhenald Kasali menyebut, bagi masyarakat yang merayakan perubahan, disrupsi adalah masa depan. Namun, bagi mereka yang sudah nyaman dengan keadaan sekarang dan takut dengan perubahan, mereka akan berpikir bahwa ini adalah awal kepunahan.
Dalam kepercayaan Hindu ada tiga dewa: Dewa Wisnu, Shiwa dan Brahma. Wisnu dikenal sebagai Dewa Pemelihara. Shiwa adalah Dewa Perusak, sedangkan Brahma adalah Sang Pencipta.
Rhenald Kasali
“Mereka yang takut dengan perubahan, akan musnah“
Dalam perusahaan, corporate strategy diibaratkan sebagai gabungan dari ketiganya. Seperti Dewa Shiwa, eksekutif jangan takut menghancurkan segala hal yang hanya relevan di masa lalu. Maksudnya, secara selektif kita perlu menghancurkan metode, alat, teknologi, pendekatan, bahkan tata nilai yang sudah tidak membuat kita produktif lagi.
Lalu seperti prinsip Dewa Wisnu, kita wajib merawat yang masih relevan, the existing core. Dan seperti prinsip Dewa Brahma, perusahaan juga harus punya orang-orang berkualitas yang menciptakan masa depan baru.
Masalahnya, masa depan baru itu tak bisa dihasilkan sebelum kita benar-benar bisa membaca hal-hal baru itu dengan secara selektif membuang hal-hal yang sudah tidak relevan lagi. Kedua, eksekutif biasanya sudah terbelenggu dalam zona nyaman dengan hanya berani menjalankan hal-hal yang sudah ia kenal di masa lalu.
Menuju Masa Depan Baru
Keluar dari zona nyaman itu butuh keberanian. Mengapa eksekutif senang menjalankan kebiasaan dalam zona nyaman? Jawabnya adalah karena hanya itulah yang ia kenal secara familiar. Sedangkan menapaki masa depan baru, sungguh tidak nyaman karena serba tidak pasti, tidak jelas, dan belum terbentuk. It’s unclear, unsettle and uncertain!
Padahal bagi pesaing-pesaing baru Anda, segala hal yang harusnya berada di hari esok, telah dibawa ke hari ini. Dan dengan gagah berani mereka menjelajahi ketidakpastian yang tidak clear itu. Dan strategi baru di era disruption adalah bertarung di era itu, tetapi tidak di hari esok. (red: lihat juga PR di Era Disruption)
Ditulisnya buku Tomorrow is Today oleh Rhenald Kasali merupakan sebuah bentuk menyebarluaskan bagaimana mereformulasikan strategi menghadapi disrupsi sehingga tetap keluar sebagai pemenang.