Saluran ide yang paling abadi adalah buku. “Scripta manent, verba Volant,” ucap Will Durant dalam melukiskan keabadian buku. Pernyataan itu bermakna, kata yang tertulis akan abadi. Kata yang terucap akan lenyap. Meskipun dunia digital terus berkembang dengan berbagai platformnya, buku tetap diperlukan sampai kapan pun. Tak tergantikan.
Buku, buku dan buku
Tokoh sekaliber Mark Zuckerberg sekalipun tak bisa lepas dari buku. Pendiri Facebook itu, ketika kali pertama menambahkan fitur “suka” ke profil Facebook-nya, dia menempatkan Ender’s Game sebagai buku favoritnya. Ketika The New Yorker mengulik lebih jauh mengenai buku-buku yang mempengaruhinya, ternyata Zuckerberg sejak sekolah menengah telah terinspirasi dengan buku The Aeneid karya Virgil. Aeneas adalah tokoh dalam buku itu yang memiliki dorongan yang kuat untuk membangun sebuah kota yang megah dan tanpa batas. Sementara Zuckerberg memiliki passion untuk menciptakan jejaring sosial terbesar sepanjang masa.
Selain keabadiannya, buku menjadi media yang sangat penting dalam menyalurkan ide bagi individu, lembaga, maupun perusahaan. Bagi seorang pemimpin, buku adalah sarana dalam menyalurkan visi dan gaya kepemimpinannya. Bagi perusahaan, buku adalah wadah untuk menyampaikan program dan tujuan perusahaan.
Ilmu 3K
Agar ide Anda mengalir sampai jauh, maka dalam menghadirkan buku ke publik perlu memerhatikan unsur 3K: konten, kemasan, dan konteks pemasaran ide. Di samping itu, proses penerbitan buku, mulai dari pra-penulisan hingga pencetakan, perlu dimaknai sebagai kerja-kerja seni dan intelektual. Prinsip-prinsip itu telah menjadi bagian inheren dari layanan profesional Exposé Publishing selama 15 tahun dalam menghadirkan buku untuk individu (tokoh nasional), lembaga, dan perusahaan. Exposé Publishing senantiasa berusaha memahami kliennya, karena ingin mengalirkan ide Anda sampai jauh. [TMR]