Manusia modern saat ini berada di era kemajuan teknologi yang dahsyat. Hampir semua aspek kehidupan telah terdigitalisasi. Kini kita cukup duduk dengan gawai di tangan dan seluruh kebutuhan terpenuhi. Ingin makan? Cukup dengan satu klik, makanan akan diantar sampai ke depan rumah. Banyak kebutuhan rumah tangga tapi malas mengantri di pasar swalayan? Tenang saja, di ujung sambungan internet sana ada seseorang yang siap membantu dan mengantri untuk kita. Bukan cuma yang sifatnya pokok, kebutuhan berupa hiburan pun dengan lengkap tersedia. Daftar online game tak habis kita telusuri sehari semalam.
Maraknya online game saat ini mendapat porsi besar dalam kehidupan generasi Milenial. Mereka dianggap lebih “melek teknologi” dibanding generasi pendahulunya. Jari – jari yang lihai berselancar di layar gawai membuat mereka terpapar pada segala kesempatan yang ada. Salah satunya adalah pilihan kerja. Ya, gamer saat ini menjadi profesi yang diminati kaum Milenial. Lapangan pekerjaan konservatif bukannya tak ada lagi, tapi gamer adalah lahan baru yang menarik.
Gamer Sebagai Profesi Baru
Dengan menekuni seluk beluk dunia permainan maya dan menjadi gamer, kaum Milenial menjalani hobi dan menghasilkan uang di saat bersamaan. Newzoo.com mencatat bahwa ada setidaknya ada lebih 2,5 Milyar orang yang bermain online game. Dan mobile game (smartphone, tablet) menguasai setidaknya 45% pasar.
Rhenald Kasali, dalam bukunya yang berjudul #MO: Sebuah Dunia Baru yang Membuat Orang Gagal Paham, menyebut bahwa platform industri online game tumbuh pesat berkat dukungan dari komunitas dan game developer. United Business Media (UBM) melakukan survey mengenai mengenai factor pertimbangan game developer sebelum merilis sebuah permainan. Hasilnya, 66% responden menilai platform Personal Computer (PC) masih menjadi pilihan utama bagi developer. (Rhenald Kasali, 2019)
Menurut Rhenald Kasali, kondisi ini adalah hasil dari revolusi industri 4.0 di mana segala mesin dan benda, baik buatan alam maupun manusia, terhubung dengan segala manusia di berbagai belahan dunia. Ia menyatakan fenomena ini adalah bagian dari interconnected society yang timbul karena 6 pilar teknologi, yaitu; Internet of Things (IoT), Cloud Computing, Big Data, Artficial Intelligence, Super Apps, dan Broadband Infrastructure.
Adanya broadband infrastructure dengan kecepatan koneksi internet yang tinggi memungkinkan transfer data dalam permainan online berlangsung tanpa hambatan. Kemampuan Artificial Intelligence (AI) yang beragam menjadi pendukung sempurna dalam mewujudkan profesi idaman ini. Begitu pun Big Data dan Cloud Computing, keduanya member ruang luas untuk menyimpan data permainan dan segala kelengkapannya tanpa takut hilang karena perangkat yang rusak. Dan hadirnya teknologi Super Apps serta IoT membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, semua tersedia di satu platform dan bahkan bisa berjalan dengan otomatis.
Keberhasilan bertahan di era yang serba digital ditentukan dengan kemampuan kita beradaptasi. Dalam buku #MO, Rhenald Kasali memberikan metode dan teknik baru untuk membantu generasi yang lahir sebelum 1990 untukmenyesuaikan diri agar tak tertinggal di zaman serba cepat ini. Sedangkan kaum Milenial yang serba maju dan kekinian tak akan memiliki kendala berarti untuk sukses. Dengan menguasai keenam pilar ini, impian generasi Milenial untuk menjadikan gamer sebagai profesi bukanlah hal yang mustahil. Cukup klik saja.