Kitab suci Al-Qur’an, memang kitab suci yang besar artinya. Coba bayangkan, kalau umpamanya Al-Qur’an tidak ada, bagaimana rupanya dunia sekarang ini. “Saya kira kita baru bisa menjajaki, menduga-duga dalamnya arti Al-Qur’an itu, jikalau kita merenungkan pertanyaan ini,” demikian dikatakan Presiden Soekarno dalam amanatnya pada peringatan Nuzulul Qur’an di Istana Negara, Jakarta, 1 Februari 1964.
Bung Karno mengungkapkan, ahli sejarah, telah menyatakan dengan tegas, bahwa memang Al-Qur’an itu telah membawa satu perubahan yang hebat sekali di dalam hidupnya perikemanusiaan di muka bumi ini. Bung Karno mengakui, masih banyak sekali anggapan-anggapan yang salah, terutama sekali dari dunia luaran agama Islam. Dikatakan bahwa Islam, yaitu agama yang di bawa oleh Al-Qur’an itu adalah agama pedang. Dikatakan bahwa agama Islam adalah agama perang. “Padahal sama sekali tidak demikian. Islam adalah agama perdamaian, agama salam,” tegas Bung Karno.
Orang Islam kalau berjumpa satu sama lain harus, disunahkan mengucap Assalamu’alaikum yang artinya semoga damai dan sejahtera bersamamu. Dan ini ucapan bukanlah hanya disunahkan antara orang Islam dengan orang Islam saja, tidak. Bung Karno juga mengucapkan ucapan tersebut misalnya kepada Kuasa Usaha Uni Soviet.
“Islam menjalar dari tempat yang kecil menjadi satu agama yang dipeluk oleh beratus-ratus manusia tidak dengan kekuasaan pedang, atau bom dan dinamit. Tidak, tetapi kekuatan dari pada Islamlah yang membuat ia menjalar ke mana-mana, kekuatan kebenaran, kekuatan hak, kekuatan kesucian, itu membuat agama Islam ke mana-mana.” ungkap Bung Karno.
Bagi Bung Karno, seorang muslim sejati haruslah paham substansi ajaran Islam, bila tidak yang terjadi adalah penyempitan makna Islam. Lebih jauh tentang pandangan Bung Karno tentang Islam dibahas dalam buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno karya Rahmat Sahid yang diterbitkan oleh Exposè. Dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana Bung Karno menempatkan Islam sebagai prinsip hidupnya dalam konteks individu, bermasyarakat hingga bernegara