Pada Maret 2020, dua bulan sebelum meninggal, Didi Kempot bersama beberapa musisi memberikan kejutan dengan mengadakan Konser Musik #DiRumahAja. Konser amal daring selama 4 hari berturut-turut itu diselenggarakan oleh Narasi TV. Hasil donasinya ditujukan untuk penanganan virus korona. Didi menjadi magnet tertinggi warganet untuk berdonasi.
Agenda konser hari terakhir, di mana Didi menjadi pamungkasnya, dibuka oleh penampilan Tulus. Konser pembuka itu berhasil meningkatkan donasi hingga Rp4,3 miliar. Ketika Didi tampil, jumlah donasi naik signifikan mencapai Rp9 miliar. Bahkan, pada akhir Maret, donasi itu bertambah menjadi 10,8 miliar.
“Partisipasi dan donasi teman-teman dalam Konser Musik #DiRumahAja membuat saya percaya: virus boleh saja telanjur menyebar, tapi kebaikan dan kemurahan hati kalian membuat kita tak pantas untuk gentar,” ujar Najwa Shihab, salah satu pendiri Narasi TV, di salah satu unggahan Instagram-nya (27/3/2020).
Mereka saat itu secara tidak langsung berhasil menerapkan #MO, mobilisasi dan orkestrasi pada era Internet of Things (IoT). Dengan memobilisasi berbagai jaringan, tim, seniman, serta mengorkestrasi tagar #DiRumahAja selama konser berlangsung, Narasi TV meraih hasil yang menakjubkan. Hingga kini, tagar #DiRumahAja ramai digunakan oleh warganet sebagai salah satu penunjang pencegahan penyebaran virus korona.
Tahun #MO
#MO adalah strategi yang telah lama diperkenalkan oleh Rhenald Kasali dalam bukunya, #MO: Sebuah Dunia Baru yang Membuat Banyak Orang Gagal Paham yang diterbitkan oleh Mizan pada 2019 lalu. Namun, jauh sebelum buku itu terbit, Rhenald telah menerapkan #MO di berbagai lembaga yang dipimpinnya, salah satunya adalah Rumah Perubahan.
Tidak keliru kiranya jika menyebut 2020 adalah tahun #MO. Sebab, selain Konser Musik #DiRumahAja, banyak kegiatan atau program yang secara tidak langsung menerapkan strategi #MO. Dalam upaya menghadapi kehidupan di bawah ancaman virus korona, orang-orang seolah berlomba melahirkan solusi cemerlang.
#MO adalah “bekal” yang ideal. Pada 2021, sepertinya Rhenald ingin memberi “bekal” yang lebih mendalam lagi. Sebab, akhir tahun ini, Rhenald kembali menerbitkan buku yang masih berkaitan dengan #MO. Di dalamnya berisi riset mengenai kepala daerah yang menerapkan #MO. Buku itu berjudul Road to Prosperity: Mobilisasi dan Orkestrasi ala Banyuwangi yang juga diterbitkan oleh Mizan.
Menurut Rhenald, dalam konteks kepemimpinan pada era Internet of Things, baik perusahaan maupun pemerintahan, bagaimana teknologi bisa ikut mendorong perubahan dari kemiskinan (poverty) menuju kemakmuran (prosperity), tergantung dari kemampuanpemimpinnya (leader).
Rhenald menyimpulkan bahwa Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas adalah salah satu kepala daerah yang berhasil menerapkan strategi #MO. “Menarik kita lihat bagaimana Kabupaten Banyuwangi menggunakan strategi mobilisasi dan orkestrasi dalam menggerakkan seluruh pihak berinovasi dan mengelola dinamika sosial, untuk mengubah citra publik terhadap daerah di ujung timur Pulau Jawa tersebut,” ujar Rhenald.
Dalam buku itu disampaikan bahwa pertumbuhan Banyuwangi melesat naik di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas. Berkat kerja kreatif dan inovatifnya, terutama dalam bidang pariwisata dan pengentasan kemiskinan, Banyuwangi diganjar banyak penghargaan, salah satunya adalah UNWTO Awards for Excellence and innovation in Tourism untuk kategori “Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola” dari PBB pada 2016.
Buku itu akan menjadi kejutan tahun baru yang membawa hawa optimistis. Tahun depan, mungkin saja gerakan #MO semakin masif, atau sebaliknya: banyak orang yang terpuruk sebab raganya dipenuhi rasa malas. Oleh sebab itu, berpikir jernih dan bergerak cergas adalah kewajiban. Kelak, jika semakin banyak sosok seperti Didi Kempot, Rhenald Kasali, Abdullah Azwar Anas, dan orang-orang di balik Narasi TV yang bergerak dengan strategi #MO, hal itu akan menjadi sebuah keniscayaan.