“Our struggle for global sustainability will be won or lost in cities.” Ucapan tersebut datang dari mantan Sekretaris Jenderal PBB periode 2007-2016, Ban Ki Moon, yang maksudnya adalah berhasil tidaknya pembangunan yang berkelanjutan di tingkat global, akan sangat tergantung pada bagaimana kita merencanakan, merancang, membangun, dan mengelola kota-kota kita.
Keyakinan tersebut tentu tidak mengurangi pentingnya pemeliharaan hutan, penyejahteraan masyarakat desa dan nelayan, maupun konservasi ekosistem sungai dan laut serta hal-hal lain yang juga sangat berpengaruh pada keberlanjutan lingkungan global.
Perhatian terhadap isu-isu perkotaan tidak harus berarti “urban bias” (kebijakan yang condong mementingkan kota) sebagaimana yang terjadi pada masa lalu. Bagaimanapun, persoalan-persoalan perkotaan dan non perkotaan tersebut berkaitan satu sama lain, sebagaimana halnya dengan kesalingterkaitan di antara semua tujuan dalam SDGs.
Buku Terbaru dari Wicaksono Sarosa
Didasari semangat untuk menghadirkan bentuk kota ideal yang bisa merangkul seluruh warganya, Wicaksono Sarosa, salah satu tokoh Perencanaan Kota, menulis buku Kota untuk Semua. Buku yang diterbitkan oleh Penerbit Exposè (Mizan Grup) ini mengulas karakteristik dan contoh kota yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dan New Urban Agenda (NUA).
Ada 8 karakteristik kota yang dipaparkan oleh Wicaksono Sarosa dalam NUA (Agenda Baru Perkotaan), yaitu:
- Kota yang ramah bagi warga segala usia,
- Kota yang ramah terhadap perbedaan gender,
- Kota yang ramah terhadap warga berkebutuhan khusus,
- Kota yang tidak ada diskriminasi SARA
- Kota yang ramah terhadap kaum miskin,
- Kota yang tidak merugikan wilayah lain yang terkait, justru ikut menyejahterakan
- Kota yang menjaga peluang generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka
- Kota yang memelihara keanekaragaman hayati
“Apabila suatu kota sudah memiliki 8 karakteristik tersebut, dapatlah dikatakan kota itu adalah ‘Kota untuk Semua’.“ ujar Wicak.
Saat ini banyak kota di Indonesia bergerak ke arah standar ideal kota, seperti penyediaan transportasi publik seperti MRT dan Kereta cepat, digitalisasi pelayanan umum, serta kebijakan pengurangan limbah plastik.
Harapannya, tata rencana kota yang baik bisa dilakukan bersama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat demi mewujudkan kota yang ideal. Jangan sampai kota hanya menjadi tempat berlindung bagi “si kaya” tanpa memerhatikan dengan benar kondisi dan nasib “si miskin”.
Buku Kota untuk Semua ini menjelaskan dengan komprehensif bagaimana membangun kota dengan baik tanpa “menumbalkan” kalangan tertentu. Kota yang baik adalah kota yang memperhatikan seluruh aspek kehidupan yang ada di dalamnya. Kota yang baik adalah kota untuk semua.