Disrupsi Digital saat ini sedang berkembang dan menjalar ke semua lini kehidupan, tidak terkecuali dalam hal marketing. Untuk membahas hal tersebut, Universitas Esa Unggul menggelar Bedah Buku berjudul ” #MO: Sebuah Dunia Baru yang Membuat Banyak Orang Gagal Paham”, di Cafe Surabi Teras, Universitas Esa Unggul, Kebon Jeruk, Kamis (28/11). Dua pembicara pun dihadirkan dalam Bedah Buku karya Rhenald Kasali ini yakni Maryoto Andreas dan AC Mahendra K Datu.
Dalam pemaparanya, salah satu pembicara yakni Maryoto Andreas mengatakan saat ini perkembangan teknologi telah membawa perubahan masyarakat kepada digitalisasi kehidupan. Digitalisasi kehidupan membuat perubahan dalam daya konsumsi, kegiatan ekonomi produktif, menyebarkan infomasi dan menjalani kehidupan itu sendiri.
Dalam Buku setebal 422 halaman ini, Maryoto melanjutkan kita dibawa untuk mengenal bagaimana cara mendapatkan perhatian konsumen dengan menggunakan cara “mobilisasi dan berorkestrasi” di dunia yang hyperconnected society ini. Salah satu yang dibahas dalam buku tersebut, lanjut Maryoto sejumlah isu tentang sejumlah produk, perusahaan ataupun individu dapat dimobilisasi dengan mudah lewat akun media sosial dengan menggunakan tagar.
“Ajaibnya saat ini hal-hal sepele yang dulunya mungkin tidak dikenal oleh orang banyak saat ini orang dengan begitu mudahnya dapat mengakses informasi tersebut, padahal sejumlah hal yang viral tersebut merupakan hal sepele atau sudah terlupa, kemudian membesar hingga menciptakan suatu gerakan yang banyak ditiru oleh Netizen,” terangnya.
Mencoba Taktik Marketing yang Tak Biasa
Dirinya pun mencontohkan seperti fenomena kembali viralnya penyanyi Lawas Didi Kempot, akibat kekuatan sosial media dan komunitas, hal ini membuat lagu-lagu serta penyanyi asal Solo itu naik daun bahkan di gandrungi oleh banyak anak muda. Contoh lainnya, mantan Editor Kompas ini melanjutkan seperti yang terjadi saat Desain Kompas masih berbentuk dummy yang secara tak sengaja telah tayang dan dicetak secara nasional.
“Orketrasi pun pernah dilakukan oleh sejumlah media seperti Kompas yang pernah memuat desain mentah yang tayang secara nasional, namun redaksi tidak kehilangan akal, mereka membuat sebuah orkestrasi yang pada akhirnya mampu membuat konsumen balik terhibur padahal itu merupakan salah cetak,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Biro Marketing Komunikasi, Universitas Esa Unggul, Rendy Z Ramadhan mengatakan acara ini sangat tepat diberikan kepada Sivitas Esa Unggul agar mereka dapat mengetahui tantangan apa yang akan dihadapi kedepannya di zaman digitalisasi dan otomatisasi ini.
“Mudah-mudahan acara ini bermanfaat dan membuka mata kita bahwasanya tantangan kedepannya semakin beragam, dan kita sebagai institusi pendidikan harus peka akan hal tersebut, bagaimana kita memahami #MO, agar kita menjadi insan yang tidak gagal paham,” tutupnya.
Acara ini dihadiri oleh 30 peserta yang berasal dari Sivitas Esa Unggul maupun dari luar kampus. Para peserta yang datang pun terlihat antusias hal ini terlihat dari sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh para peserta.