Postur perekonomian dunia dan Indonesia saat ini tidak sedang dalam posisi terbaiknya. Ketika ancaman hantaman gelombang resesi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok pada 2019 lalu mereda, kini ekonomi global dihantam tsunami akibat wabah virus Corona. Memang era #MO membawa banyak tantangan yang menuntut tanggapan cepat.
Founder Rumah Perubahan yang kini mengembangkan platform Mahir Academy Prof. Rhenald Kasali mengatakan, ada tujuh shock atau guncangan besar yang kini harus dihadapi pelaku usaha. “Perlu langkah mitigasi dan strategi agar ekonomi kita bisa melalui masa sulit ini,” ujarnya saat memberikan update terkait webinar Mahir Academy by Rumah Perubahan berjudul The Outbreak: Challenges & Opportunities yang digelar pada hari Selasa, 24 Maret lalu.
7 Shock Ekonomi
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) tersebut, beberapa kajian menunjukkan potensi tujuh shock yang mesti diwaspadai akibat hantaman wabah Corona.
Pertama, travel and entertainment shock. Lockdown maupun pembatasan mobilitas orang membuat bisnis seperti maskapai, airport, hotel, hingga olahraga ada di deretan terdepan yang terpukul oleh Corona.
Kedua, retail and manufacture shock. Di berbagai belahan dunia, mall mengurangi jam operasi, bahkan sebagian berhenti beroperasi. Industri manufaktur juga mengurangi produksi karena sepinya permintaan. “Ini bisa berdampak pada ancaman PHK,” jelasnya.
Ketiga, supply chain shock. Era perdagangan bebas membuat rantai pasok global saling berkait kelindan. Karena itu, ketika aktivitas ekonomi terhenti di berbagai negara, perusahaan yang selama ini mengandalkan pasokan bahan baku impor akan terdampak. “Di Indonesia, industri elektronik sudah terganggu pasokan komponen, industri makanan minuman kekurangan pasokan gula dan garam, industri lain juga banyak terdampak,” sebutnya.
Kondisi serupa juga terjadi di banyak negara. Perusahaan raksasa seperti Apple, sebenarnya sudah menerapkan diversifikasi pemasok global. Ketika di awal tahun pasokan dari Tiongkok terganggu, Apple masih bisa berharap dari pemasok lain di Malaysia, Korea Selatan, Italia, hingga Jerman. “Namun seiring penyebaran wabah Corona ke berbagai negara, produksi para pemasok juga terhenti,” ujarnya.
Kondisi semacam ini, lanjut Rhenald, makin menegaskan pentingnya membangun industri bahan baku di dalam negeri. Selain antisipasi supply chain shock seperti saat ini, juga untuk menekan impor. “Ini PR lama yang mesti dituntaskan,” katanya.
Keempat, personal debt shock. Ketika aktivitas ekonomi melemah, maka ancaman PHK kian nyata. Demikian pula ancaman pemasukan bagi para pekerja informal seperti ojek online. Maka, potensi gagal bayar pada kredit sektor perumahan atau kendaraan bermotor akan naik. “Bank atau lembaga keuangan non bank yang terkait kredit ini harus memiliki mitigasi yang tepat,” katanya. Mengenai ini sudah diantispasi pemerintah dengan menurunkan bunga kredit bagi pengemudi online.
Kelima, currency shock. Nilai tukar rupiah yang sebelumnya cukup stabil di kisaran Rp 14.000 per USD, terus terdepriasi akibat tekanan di pasar uang dan pasar modal. Hingga 24 Maret kemarin, nilai tukar Rupiah sudah menembus level Rp 16.486 per USD. “Ini juga terjadi pada hampir semua mata uang global. ” ucap Rhenald.
Shock Kepercayaan Pasar dan Masyarakat
Keenam, market shock. Ancaman resesi global membuat harga saham di pasar modal berguguran. IHSG sampai turun nilainya, begitupun rata-rata pasar saham dunia. Kondisi ini harus dimitigasi oleh emiten maupun investor seperti Dana Pensiun atau perusahaan asuransi. “Di satu sisi, ini juga peluang untuk masuk ke pasar modal karena harga saham sedang murah. Dengan catatan, perspektifnya harus long term,” ujarnya.
Ketujuh, believe shock. Menurut Rhenald, di awal kemunculannya, banyak orang under estimate terhadap Corona. Pejabat, pelaku usaha, pengamat, maupun media, awalnya percaya bahwa dampak Corona akan bisa diredam. Tapi nyatanya, kini sulit dikendalikan. Akibatnya, level of confidence pelaku usaha maupun konsumen tergerus.
Mengingat ketujuh dampak ini, penulis buku Tomorrow Is Today ini mengingatkan pentingnya peran pemerintah untuk meringankan dampak guncangan ekonomi. Tentunya hal ini akan secara bersama saling menunjang kepercayaan pada masyarakat untuk bersama mengatasi wabah Corona ini.