Berapa pun usia Anda sebagai politisi, calon legislatif, calon kepala daerah, sekarang saatnya Anda menjadi muda lagi. Bahkan ketika usia Anda setengah baya, atau bahkan sudah lanjut usia. Pemilih lebih suka memiliki calon yang “berusia” muda, baik usia, penampilan, cara berbicara, semangat ataupun ketahanan fisik.
Anda masih ingat, saat Putin melakukan tarian tango di depan para pemilihnya dalam pemilihan Presiden Rusia? Itu semata-mata untuk menunjukkan bahwa Putin masih muda. Tarian itu dia tunjukkan sekaligus untuk menepis kekhawatiran publik bahwa dia menderita penyakit jantung dan meyakinkan publik bahwa dia masih layak untuk memimpin Rusia.
Pada akhirnya, dia pun memenangi pemilihan. Ini yang sering kita sebut dengan “menjawab dengan perbuatan”. Memang tidak mudah bagi politikus melakukan ini, mengingat profesi politikus yang sebetulnya adalah “berbicara”. Hingga ada joke, politikus tuh baru bicara saja sudah serasa menyelesaikan urusan Negara.
Politisi dan Milenial
Bicara tentang gaya muda, tentunya mau tak mau kita akan menyorot generasi milenial. Generasi ini memiliki kelabilan tingkat tinggi, terutama dalam pola komunikasi dan interaksi. Tanpa menyelami langsung, susah untuk berinteraksi dengan mereka. Sementara itu, tak jarang dalam konstelasi politik praktis, pada detik-detik terakhir ke mana arah pergerakan politik, merekalah yang sangat menentukan.
Mereka inilah swing voters, undecided voters (pemilih mengambang yang belum menentukan pilihannya). Inilah tantangan para politikus zaman now, bagaimana menemukan cara untuk menjangkau, membuat engagement, dan mendapatkan simpati mereka.
Dalam membuat gerakan awal personal branding melalui digital personal branding, Anda bisa bergerak dalam skala efisien, tetapi target market-nya adalah pemilih terbanyak negeri ini. Satu hal lagi, generasi milenial adalah generasi trendsetter. Mereka pencipta tren bagi generasi-generasi sebelumnya. Lihat saja tren baju batik kasual, kemudian produk-produk distro. Mereka bangga akan Indonesia (termasuk kekayaan alamnya) dan tidak rendah diri dengan hal-hal yang berbau Barat.
Jika disederhanakan politik adalah persepsi. Maka siapa yang paling canggih membangun dan mendominasi persepsi, dialah yang akan menjadi pemenang. Dahulu TV, Koran dan media luar ruang mendominasi, saat ini media online dan media sosial sudah mendominasi.
Menggunakan media sosial sudah menjadi jamak bagi para politisi karena interaksinya yang langsung. Generasi milenial akrab dengan dunia digital jadi keakraban dengan followers di media sosial menjadi nilai lebih dalam membentuk digital personal branding yang “muda”.
Kesemua hal diatas dijelaskan dalam buku Political Personal Branding, karya pakar branding Silih Agung Wasesa jyang menekankan pentingnya untuk aktif dalam dunia digital dan bergaya muda untuk meninggalkan kesan kaku dan agar lebih mengerti dengan keinginan pemilih atau masyarakat.
Ada lagi cara lain untuk lebih mengenalkan personal branding diri Anda, yaitu melalui buku. Buku disini tidak hanya buku cetak tapi juga buku digital (ebook). Melalui buku, rekam jejak, prestasi dan pandangan dari pemikiran Anda bisa dituliskan dan menjadi bagian dari sejarah dan tentunya bisa dibaca langsung oleh masyarakat sebagai konstituen.
Apabila Anda ingin menguatkan positioning Anda melalui buku ini, bisa menghubungi langsung disini. Jangan lupa, untuk mulai menjadi “muda” dan semakin akrab dengan dunia digital.