Pendidikan modal penting menghadapi hidup. Manusia harus selalu belajar agar bisa mengatasi persoalan. Inilah fungsi sejati pendidikan. Dia alat memahami dan mengatasi berbagai persoalan hidup. Ada rentang waktu panjang dan berbeda antara generasi sekarang dan masa lalu. Di era serbacepat ini, anak-anak menghadapi tantangan lebih berat. Tapi, mereka juga menikmati kerja keras hasil usaha generasi masa lalu.
Tantangan generasi milenial tak sekadar persoalan-persoalan teknologi, tapi juga mentalitas dan karakter.
Tantangan Mendidik Anak
Buku Strawberry Generation menghimpun dan mengurai tantangan generasi sekarang demi menemukan solusi terbaik. Generasi sekarang tak sekadar memerlukan kecerdasan kognitif dalam menghadapi persoalan hidup. Mereka hanya memerlukan pembelajaran berbasis realita. Saat mahasiswa diberi tugas ke luar negeri, mereka menceritakan pengalaman berhadapan dengan dunia dan orang asing. Anak muda yang mengandalkan orang tua cermin generasi, meski pintar, gagap menghadapi realitas.
Cerdas secara akademik, tapi lemah mentalitas dan kesiapan hidup. Pendidikan, selama ini lebih membebani anak-anak dengan berbagai pelajaran, tapi lupa memunculkan skill. Pendidikan sebenarnya bukan sekadar memindahkan isi buku. Menurut UNESCO, bangsa yang maju dan perekonomiannya berdaya saing, menanamkan life skills sedari dini (hal 110).
Selain persoalan skill yang belum optimal, pendidikan juga menghadapi diskriminasi dan condong menjadikan sekolah sebagai komoditas. Perang harga di mana-mana, terutama untuk memperebutkan murid atau mahasiswa baru (hal 224). Sekolah-sekolah tak boleh sekadar memompa potensi anak dalam bidang akademik. Sekolah harus memupuk dan mengembangkan keterampilan siswa. Murid perlu dilatih menggerakkan tangan, tubuh, dan pikiran maksimal. Maka, kelak mereka dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dengan kecerdasan intuitif mereka berdasar pengalaman.
Ajaklah anak-anak terus melatih nalar dan pikiran. Jangan seperti “Anak-anak yang pintar di sekolah belum tentu pintar di masyarakat. Kegagalan terbesar justru terjadi pada anak-anak yang dibesarkan dalam persekolahan menghafal. Padahal, memorizing is not a good thinking. Menghafal bukanlah cara berpikir yang baik,” kata Rhenald (hal 252).
Peran Teknologi
Sekarang, anak-anak lebih banyak memecahkan problem dengan bantuan teknologi. Keadaan ini mestinya membuat mereka lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya. Orang tua terasa masih ingin membuat kandang bagi seekor elang. Artinya, orang tua justru memberi ruang kepada anak untuk terus tergantung padanya, sehingga mereka tak segera mandiri.
Akibatnya, anak tak biasa menghadapi kesulitan-kesulitan baru dalam hidup ketika tak ada di dekat. Orang tua perlu mengajari anak terbang bak seekor elang mengajari anak terbang. Mereka perlu diberi ruang belajar lebih banyak, sedangkan tugas ayah-ibu sekadar mendampingi dan mengarahkan. Buku Strawberry Generation memotret dan menggambarkan persoalan generasi saat ini. Buku ini mengajak pembaca mendidik anak-anak menjadi generasi tangguh, tak lembek seperti strawberry.
Diresensi Arif Yudistira, Kepala Sekolah SMK Kesehatan Citra Medika Sukoharjo