Sekarang ini sudah jamak bila kita akan membeli sesuatu akan melihat dulu bagaimana review dari orang lain. Apa yang menarik di sosial media juga melihat topik mana yang paling banyak diperbincangkan. Itu semua bagian dari crowd. Sekumpulan orang yang menjadi sumber daya.
Rhenald Kasali dalam buku #MO (Mobilisasi Orkestrasi) berusaha menjelaskan pentingnya crowd dalam membentuk opini dan menjadi stimulus bagi pelaku bisnis maupun individu dalam mengambil keputusan.
Membentuk Crowd
Dalam Theory of Entrepreneurial Mobilization dijelaskan tentang hebohnya mobilisasi massa yang menghasilkan social movement. Menurut teori ini, perubahan sosial melalui mobilisasi itu bisa terjadi karena adanya resources berupa waktu, uang, tenaga, dan sebagainya yang menggerakkannya.
Timms & Heimans dalam buku New Power (2018), memiliki pendapat lain, meski belum membentuk sebuah teori. Pandangan keduanya menarik untuk disimak, yaitu tentang bergeraknya crowd yang dipicu oleh munculnya connected society.
Meski sangat mungkin, di belakang robot-robot yang digunakan untuk mobilisasi pendapat melalui sosial media terdapat dukungan sumber daya untuk memobilisasi manusia mencapai goals-nya. Dan untuk itu, keduanya menawarkan sebuah formula yang dibentuk oleh pesan-pesan yang konkret dan emosional.
Robot-robot itu bukan cuma memobilisasi pendapat seperti yang terkait peristiwa politik. Melainkan juga memobilisasi tentang gaya hidup, konsumsi, pilihan-pilihan tentang pendidikan, wisata, moda perjalanan, penggunaan teknologi, dan sebagainya.
Pengaruh Crowd
Lihat saja, bagaimana trending topic di Twitter bisa setiap hari berubah dari satu merek e-commerce ke merek lainnya. Demikianlah crowd pada era ini. Tidak perlu bertemu secara fisik. Tidak harus bergerombol selayaknya satu grup Whatsapp. Juga tak harus saling mengenal. Ia bisa menjadi sangat bertenaga hanya karena jalinan komunikasi.
Crowd menjadi semacam pengganti pasar karena mereka memobilisasi diri dan dimobilisasi oleh pihak tertentu. Pasar yang selama ini kita kenal, terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok segmen, kini bisa tiba-tiba hilang bak disapu tsunami.
Kita melihat crowd terus membelah diri, mempunyai kekuatan berpindah, dan menghukum yang begitu cepat. Ia begitu cepat mengganti pasar yang tiba-tiba hilang dalam fenomena The Great Shifting (Kasali, 2018).
Dipertemukan oleh teknologi internet yang langsung memotret kelebihan supply di satu titik, bertemu dengan mereka yang membutuhkannya. Lewat platform digital, problem mismatch antara supply dengan demand akan segera bisa teratasi.
Disinilah kekuatan dari mobilisasi orkestrasi crowd akan penting, karena mereka kini menjadi salah satu aspek penting untuk pengambil keputusan.