Seringkali pertanyaan itu disodorkan oleh mereka yang kurang paham kegunaan budaya organisasi. Banyak juga yang tidak tahu bentuk praktek budaya organisasi. Hal sederhana seperti sapaan “Halo, apa kabar” yang konsisten dilakukan oleh semua karyawan dan kecekatan dalam memenuhi permintaan klien juga merupakan internalisasi budaya perusahaan.
Sebelum lebih jauh, mari kita pahami definisi dari budaya organisasi, yaitu nilai-nilai bersama (shared values), norma-norma bersama (shared norms), kepercayaan bersama (shared beliefs), tradisi bersama (shared traditions) dan asumsi-asumsi bersama (shared assumption) yang dipahami dengan benar dan diimplementasikan secara konsisten dan menjadi pedoman bagi anggota organisasi untuk bersikap, berpikir, dan bertindak dalam memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan organisasi.
kesamaan dalam suatu perusahaan atau organisasi akan mengikat para anggotanya dalam mencapai tujuan dan target perusahaan atau organisasi.
Menurut Mahmuddin Yasin, “Tak dapat dimungkiri, masih saja ada perusahaan yang menganggap budaya organisasi sebagai sesuatu yang tidak penting dan tidak berpengaruh apa-apa. Padahal, budaya organisasi yang kuat dan unik akan mampu mengurangi ketidakpastian kolektif”.
Hadirnya budaya organisasi menyediakan sistem interpretasi yang sama bagi setiap anggota organisasi; menciptakan tatanan sosial yang menggambarkan dengan jelas kepada anggotanya apa yang bisa diharapkan dari organisasi; menciptakan keberlanjutan dan melanggengkan nilai dan norma utama kepada anggota yang berasal dari lintas generasi; menciptakan komitmen dan identitas kolektif untuk memperkuat kebersamaan serta memperjelas visi di masa depan.
Fakta di lapangan juga membuktikan, bahwa keunggulan kompetitif sebuah perusahaan terkemuka di dunia bukan hanya terletak pada strategi perusahaan, keunggulan teknologi, maupun keberadaan pasar. Keunggulan perusahaan sukses di dunia lebih sering dipicu oleh faktor budaya organisasi yang unggul. Sayang, fakta ini masih saja diabaikan oleh perusahaan tertentu karena menilai budaya sebagai nilai yang diterima begitu saja.
Selanjutnya dalam buku Membangun Organisasi Berbudaya, Mahmuddin Yasin menekankan bahwa untuk memperkuat posisi budaya organisasi yang dinamis, sebuah organisasi atau perusahaan juga harus menjadi learning organization. Learning organization adalah suatu konsep di mana organisasi dianggap mampu untuk terus-menerus melakukan proses pembelajaran mandiri sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespons beragam perubahan yang muncul’.
Dasar-dasar Budaya Organisasi
Sebagaimana dipopulerkan oleh Peter Senge, learning organization atau organisasi pembelajar memiliki lima dasar yaitu:
Pertama, personal mastery. Organisasi pembelajar dipastikan terus-menerus meningkatkan kapasitas untuk mencapai hasil kerja yang diinginkan. Di saat yang sama, pemimpin organisasi juga terus menggerakkan, mendorong dan memotivasi anggotanya untuk mengembangkan diri.
Kedua, mental models. Selain terus mengevalusi secara internal, organisasi pembelajar juga peka terhadap lingkungan dan keadaan, selalu melihat dunia luar, selain perkembangan internal organisasi, sebagai alat untuk mengukur kesuksesan.
Ketiga, shared vision. Organisasi pembelajar terus-menerus membangun komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Keempat, team learning. Dalam organisasi pembelajar, semua tim mengembangkan kemampuan berpikir, memungkinkan setiap anggotanya untuk mengeluarkan idenya.
Kelima, system thinking. Organisasi pembelajar memiliki cara pandang untuk menggambarkan kekuatan dan posisi organisasi tersebut. Dengan demikian, sistem ini menjadi pemandu dalam interaksi internal maupun dengan dunia luar.
Itulah 5 karakter Learning Organization yang bisa menjadi dasar dalam pembentukan budaya organisasi. Cukup menarik bukan? Nah, setelah tahu lebih lengkap tentang budaya organisasi, apakah perlu untuk diterapkan pada perusahaan anda? Keputusannya ada di tangan anda bagaimana membawa perusahaan anda tetap eksis di era disrupsi.[]