Dia anak muda yang ingin jadi presiden. Pasalnya selalu gregetan melihat kenyataan yang tidak sesuai hati nurani dan idealismenya. Teman-temannya menganjurkan agar ia masuk partai politik untuk memulai kariernya di sana.
Namun, teman-teman lainnya melarang, “Nanti kamu akan menjadi sama seperti mereka. Sama dengan mereka yang duduk di parlemen. Bicara kadang sembarangan, penuh kebencian, sinis, dan korupsi!” Memang tak semuanya begitu, tapi stigma ini masih ada di benak masyarakat.
Dia pun tersenyum mendengar celoteh teman-temannya itu. Tiba-tiba Pak Dosennya menyela, “Mungkin kamu bisa menjadi presiden pilihan rakyat kalau kamu mempunyai karya yang spektakuler!”
“Apa itu, Pak?”
“I don’t know. You’ll find it. You yourself gonna find it for you, not me.”
Selepas lulus kuliah, dia pun ikut serta dalam kegiatan sosial dosennya. Seminggu lebih di Pulau Buru, dia belajar menangani banyak masalah yang dihadapi rakyat di sana. Ia bertemu masyarakat adat, mengurus sapi hasil hibah, dan membangun model pembinaan. Bayangkan dia sarjana ekonomi, anak kota yang seumur hidup belum pernah mengurus sapi.
Siapakah dia? Tak lain adalah Alfatih Timur alias Timmy.
Setelah terbiasa melayani masyarakat, dia bersama sang dosen semakin intens dalam kegiatan kewirausahaan sosial. Pada 2013 di salah satu ruangan di Rumah Perubahan, Timmy menggagas sesuatu yang baru: Kitabisa.com. Sebuah platform penggalangan donasi online untuk bantuan sosial.
Mobilisasi Kebaikan Untuk Negeri
Perjalanan panjang kitabisa.com tidak semudah sekarang. Hingga Juni 2019, kitabisa.com memang sudah mengumpulkan dana Rp700 miliar. Itu sebuah angka yang menunjukkan capaian sekaligus kepercayaan dari publik. Namun semua itu tidaklah mudah. Selama 2 tahun pertama tidak mendapat pemasukan. Teman-teman seperjuangan yang turut merintis, dan tentu para karyawannya pun “terpaksa” meninggalkan Timmy.
Perlahan tapi pasti, kitabisa.com terus bertahan, tumbuh, dan berkembang. Kini siapa sangka kitabisa.com beranjak menjadi perusahaan social enterprise dengan ratusan karyawan. Fenomenal! Ia pun tercatat dalam daftar “30 Under 30 2016 Asia” yang dilansir situs Forbes. Daftar ini memuat nama-nama anak muda Asia berusia di bawah 30 tahun yang dianggap sebagai pemimpin menjanjikan dan entrepreneur andal.
Teknik crowdfunding yang digunakan oleh kitabisa.com ini disebut oleh Rhenald Kasali dalam buku #MO sebagai teknik mobilisasi dan orkestrasi. Menggerakkan masyarakat melalui narasi dan membentuk ikatan yang menggugah nurani, untuk turun tangan melakukan donasi.
Apakah Timmy masih bercita-cita jadi presiden? Entahlah. Yang pasti dia sekarang sudah tahu cara memobilisasi dan mengorkestrasi kebaikan untuk negeri ini. Jutaan anak putus sekolah bisa sekolah kembali, memperbaiki ribuan rumah ibadah, membantu bencana sosial, dan lain sebagainya. Termasuk di masa pandemik covid-19 ini, ribuan komunitas dan lembaga sosial telah memanfaatkan platform kitabisa.com, mungkin Anda juga sudah menjadi donatur? []