Anda tentu familiar dengan buku biografi. Biografi termasuk genre buku yang diminati dan asyik dibaca. Mengapa? Karena jenis buku ini mempertemukan pembaca pada cerita dan kisah hidup seseorang. Sampai-sampai Thomas Carlyle, sejarawan Inggris, berkata, “Biografi adalah bacaan yang paling menyenangkan dan sangat bermanfaat.”
Pada dasarnya manusia suka bercerita. Andai pun tak pandai bercerita, setidaknya orang suka mendengar dan membaca cerita. Jika seseorang ditanya mengapa suka baca biografi? Umumnya akan menjawab, “penasaran dengan kisahnya”, “selalu ada inspirasi di sana”, “ingin mendapatkan motivasi”, dan sebagainya.
Banyak orang sudah familiar dengan biografi, bagaimana dengan visiografi? Yang terakhir ini boleh dibilang jarang diketahui. Namun dari kata “grafi” (graphy) yang tersemat pada kata tersebut, biasanya orang langsung mengira bahwa itu juga buku yang memuat cerita, kisah, atau perjalanan hidup seseorang. Tentu tidak sesederhana itu. Pada tulisan pendek ini, kami tidak membahas bagaimana menulis biografi dan visiografi. Anda dapat memperolehnya dengan mudah dari sumber lain.
Beda, Tapi Sama-Sama Storytelling
Tim redaksi Exposé Publishing (Mizan Group) pernah mendiskusikan perihal biografi dan visiografi ini dengan mengaitkan pada buku-buku biografi yang terbit di lingkungan Expose-Mizan dan penerbit lain. Dari sana ditemukan bahwa sejumlah besar buku dapat dikategorikan sebagai biografi, dan beberapa buku lain bisa dikategorikan visiografi. Agar mudah dipahami, mari kita simak penjelasan yang bersifat definitif di bawah ini.
Biografi adalah jenis buku cerita atau catatan tentang kehidupan seseorang, yang mencakup detail tentang latar belakang, peristiwa penting, pencapaian, dan pengaruhnya terhadap dunia atau lingkungannya. Biografi sering kali berusaha memberikan gambaran menyeluruh tentang individu tersebut, baik dari sudut pandang pribadi maupun sudut pandang orang lain yang mengenalnya.
Adapun visiografi merupakan buku dengan konsep yang lebih baru yang mencoba untuk mengeksplorasi visi dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan seseorang. Visiografi lebih fokus pada gagasan, tujuan, dan pandangan dunia yang membentuk individu tersebut. Ini mencoba untuk menjelaskan bagaimana individu tersebut melihat dunia, apa yang dianggapnya penting, dan bagaimana visi ini mempengaruhi kehidupan dan tindakan mereka.
Dari keterangan tersebut terlihat bahwa biografi lebih berorientasi mendata dan menyeleksi peristiwa dan pengalaman menarik dari tokoh, lalu diceritakan secara apik. Sebaliknya visiografi, berorientasi pada visi dan gagasan tokoh dalam membentuk dirinya dan memengaruhi dunia lingkungannya. Itulah yang diceritakan.
Adakah Contohnya?
Buku Nakhoda Menatap Laut, misalnya,termasuk jenis buku biografi. Buku ini menceritakan kehidupan masa kecil hingga masa terkini seorang Syarief Hasan, politisi kawakan Indonesia. Bahkan pembaca diajak menapaktilasi sejarah leluhurnya yang bersentuhan langsung dengan zaman penjajahan Belanda. Contoh lain dari biografi adalah buku Intuisi Mencetus Daya Cipta, kisah hidup Profesor Sedyatmo. Bagi Anda yang pernah ke bandara Soekarno-Hatta pasti tahu tol Sedyatmo. Ya, Profesor Sedyatmo inilah orangnya, seorang maestro teknik yang diakui oleh dunia internasional. Melalui buku ini, Sedyatmo membagikan pengalaman-pengalaman uniknya ketika menemukan ide membuat cakar ayam, bendungan Jatiluhur, dan mahakarya lainnya.
Lalu yang manakah jenis buku visiografi? Buku-buku yang mengisahkan perkembangan suatu perusahaan dapat disebut visiografi. Pengalaman seorang pemimpin dalam memimpin daerah dan perusahaan juga dapat disebut visiografi. Asalkan pada buku-buku itu terkandung unsur visi dan gagasan yang dapat diceritakan; bagaimana visi dan gagasan seorang tokoh dapat menggerakkan orang-orang di sekitarnya dalam menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik.
Sebagian besar buku-buku Rhenald Kasali dapat digolongkan sebagai visiografi, contohnya Tomorrow is Today (kisah sukses PT PP), Leading in Crises (BPJS), Road to Prospherity (Banyuwangi), dan Curse to Blessing (Bojonegoro). Buku-buku ini menceritakan bagaimana sebuah visi dan gaya kepemimpinan seorang leader dapat mentransformasi daerah dan perusahaannya. Ketika membaca buku-buku ini, kita mendapatkan gambaran bagaimana seorang tokoh berjibaku memperjuangkan visinya, mulai dari mengenalkan, meyakinkan, dan menggerakkan orang-orang di sekitarnya untuk menjalankan visi dan gagasannya. Pembaca tidak akan bosan membaca buku-buku Rhenald Kasali ini karena ditulis dengan gaya storytelling yang kuat.
Secara kategoris sudah diketahui mana saja contoh buku biografi dan visiografi sebagaimana disebut di atas. Sebetulnya ada juga buku-buku yang mencoba mengombinasikan unsur biografi dan visiografi dalam satu buku. Buku Menembus Ketidakmungkinan (kisah Mas Tamam, bupati Pamekasan) dan Creative Collaboration (Abdullah Azwar Anas, bupati Banyuwangi), dan Bergerak dalam Senyap (TGUPP DKI Jakarta) adalah contoh dari kombinasi unsur biografi dan visiografi.
Storytelling yang Hidup
Pada akhirnya biografi dan visiografi akan bisa dinikmati oleh pembaca jika penulis mampu menghadirkan storytelling yang hidup. Dengan storytelling yang kuat, seorang penulis akan menghidupkan tokoh utama, membangun narasi yang memikat, menyampaikan inspirasi dan pelajaran hidup, dan memperkaya latar belakang dan konteks sebuah cerita, serta menggunakan imajinasi untuk membantu pembaca merasakan emosi si tokoh. Sekali lagi, kekuatan storytelling sangat penting karena dapat membuat kisah seseorang menjadi lebih hidup, menarik, inspiratif, dan memotivasi pembaca. Semua elemen itu akan membuat pembaca merasa terhubung dan lebih memahami perjalanan hidup tokoh atau subjek cerita [TMR].