Buku “Kenangan Diplomat 2” ini kami terbitkan karena banyak dari pembaca yang lebih muda menanyakan mengapa pada usia 90 tahun sejak Januari 2023 yang lalu, tidak menulis kenang-kenangan seperti pada usia 80 . Sebenarnya dalam usia 90 tahun, penulis menyajikan beberapa artikel, tetapi tidak berupa buku, melainkan dalam artikel-artikel lebih pendek yang di-WA-kan kepada anggota keluarga dan teman-teman lainnya dalam bentuk naskah yang dispiralkan.

Maka itu isi buku “Kenangan Diplomat II” menfokuskan kepada keadaan dalam negeri yang sekarang sedang hiruk-pikuk menghadapi Pemilu 2024. Menteri-menteri anggota parpol tidak lagi fokus pada kewajibannya menjalankan tugas negara melainkan “ikut berkampanye” memenangkan partainya. Dalih mereka bahwa kita dalam berpolitik boleh saja melakukan ganti-ganti partai atau koalisi, loncat sana loncat sini, karena kata mereka “Politics is the art of possible” serta kita sekarang menganut sistem demokrasi.

Jadi penulis menganalisa “apakah benar bahwa karakter bangsa yang dulu santun, hidup sederhana, bergotong royong peduli satu sama lain, maka sekarang berubah menjadi “individualistik dan materialistik” setelah Indonesia merdeka dan kaya sumber alamnya. Mudah-mudahan tidak benar, karena masih banyak anak negeri ini yang masih baik, tidak korupsi, jujur tulus, ikhlas dan adil. Kemudian penulis ingin mengingatkan para pembacanya, terutama anak nudanya, bahwa Indonesia mencapai kemerdekaan antara lain melalui diplomasi. Tanpa solidaritas dan bantuan sahabat-sahabat dari luar negeri melalui PBB, indonesia mungkkin akan lebih lama mencapai kemerdekaannya.